Kita saksikan bahwa karakteristik bahasa jurnalistik yang
dikemukakan oleh para pakar jurnalistik di atas reletaif sama. Kita akan
merangkum karakteristik-karakteristik bahasa jurnalistik televisi di atas, dan
kemudian menjelaskan kaitannya dengan karakteristik televisi sebagai media
berikut contohnya:
- Menggunakan bahasa
sehari-hari, gaya bahasa percakapan, atau kalimat tutur
Televisi adalah media audio-visual atau media pandang-dengar.
Pemirsa memandang gambar dan mendengar narasi. Penyiar atau presenter atau
reporter membacakan narasi atau narasi untuk pemirsa. Penyiar, presenter, atau
reporter seolah tengah bercakap-cakap dengan pemirsa. Karena itu, kita harus
menggunakan bahasa sehari-hari, bahasa percakapan, atau kalimat tutur dalam
berita televisi yang kita buat. Bahwa bahasa jurnalistik televisi harus
menggunakan gaya bahasa bertutur adalah juga untuk membedakannya dengan bahasa
jurnalistik media cetak yang cenderung formal.
Contoh:
UNJUK RASA MAHASISWA DI GEDUNG D-P-R-D KOTA MEDAN/ DIWARNAI
BENTROK DENGAN APARAT KEAMANAN/// (Formal, terutama pada kata ’’diwarnai.’ )
MAHASISWA BENTROK DENGAN APARAT/ KETIKA MAHASISWA BERUNJUK RASA DI
DEPAN GEDUNG D-P-R-D KOTA MEDAN// (Bahasa tutur)
- Menggunakan kata atau
kalimat sederhana, menghindari kata asing, kata klise, istilah teknis
Sifat atau karakteristik televisi adalah jangkauannya yang luas.
Itu artinya berita televisi menjangkau khalayak dari berbagai tingkat
sosial-ekonomi. Jika untuk memperoleh informasi dari media cetak orang harus
bisa membaca, untuk memperoleh informasi dari televisi orang tidak harus pandai
membaca. Artinya, orang buta huruf pun bisa menonton berita televisi. Karena
itu, bahasa jurnalistik televisi harus bisa dipahami oleh rata-rata penonton
televisi. Bahasa yang dapat dipahami oleh rata-rata penonton televisi adalah
bahasa yang sederhana, yang menghindari penggunaan kata asing atau istilah
teknis yang belum umum. Jika terpaksa menggunakan kata asing atau istilah
teknis, upayakan menjelaskan arti atau maknanya.
Contoh 1:
KOMISI SATU D-P-R AKAN MEMINTA KLARIFIKASI PANGLIMA T-N-I
BERKAITAN DENGAN DUGAAN KETERLIBATAN ANGGOTA T-N-I DALAM JARINGAN PERDAGANGAN
SENJATA INTERNASIOAL/// (Bukan bahasa jurnalistik televisi yang baik, karena
ada kata asing dan ’’klarifikasi.’’)
KOMISI SATU D-P-R AKAN MEMINTA PENJELASAN PANGLIMA T-N-I BERKAITAN
DENGAN DUGAAN KETERLIBATAN ANGGOTA T-N-I DALAM PERDAGANGAN SENJATA
INTERNASIONAL// (Bahasa sederhana)
Contoh 2:
KERUSUHAN POSO MELIBATKAN OKNUM ANGGOTA T-N-I// (Bukan bahasa
jurnalistik televisi, karena ada kata ’’klise’’, yaitu oknum.)
KERUSUHAN POSO MELIBATKAN ANGGOTA T-N-I/// (Bahasa jurnalistik televisi)
- Menggunakan kalimat
pendek atau ekonomi kata
Kalimat panjang seringkali lebih sulit dimengerti dibanding
kalimat pendek. Padahal, televisi bersifat sekilas dan satu arah. Artinya,
ketika penonton tidak paham dengan berita yang kalimatnya terlampau panjang,
dia tidak dapat mengulang mendengar berita tersebut. Lagi pula, kekuatan berita
ada pada gambar. Jadi, buat apa menggunakan kalimat yang panjang-panjang.
Selain itu, televisi mengutamakan kecepatan. Kalimat panjang hanya akan
menjadikan alur berita berjalan lamban. Tetapi, jika suatu berita melulu
terdiri dari kalimat-kalimat pendek, akan kedengaran membosankan.
Contoh:
PARA MAHASISWA BERENCANA AKAN MELAKUKAN UNJUK RASA MENENTANG
KENAIKAN HARGA BAHAN BAKAR MINYAK/ BESOK/// (Terdapat sejumlah kata mubazir)
BESOK/ MAHASISWA BERUNJUK RASA MENENTANG KENAIKAN HARGA HARGA
BAHAN BAKAR MINYAK///kalimat panjang dipecah menjadi dua kalimat pendek)
- Menghindari kalimat
terbalik, subyek dan predikat berdekatan posisinya, jabatan mendahului nama
pemangku jabatan
Karakteristik bahasa jurnalistik televisi yang seperti ini sangat
terkait dengan karakteristik televisi yang bersifat sekilas dan searah. Jika
menggunakan kalimat terbalik atau letak subyek dan predikat berjauhan, boleh
jadi penonton lupa siapa mengatakan atau melakukan apa.
Contoh 1:
SUSILO BAMBANG YUDHOYONO, PRESIDEN R-I, MEMERINTAHKAN ABURIZAL
BAKRI, MENKO KESRA, MEMBERI GANTI RUGI KEPADA KORBAN LUMPUR LAPINDO DI
SIDOARJO/ JAWA TIMUR// (Buruk, nama pemangku jabatan mendahului jabatan)
PRESIDEN SUSILO BAMBANG YUDHOYONO MEMERINTAHKAN MENKO KESRA
ABURIAL BAKRI MEMBERI GANTI RUGI KEPADA KORBAN LUMPUR LAPINDO DI SIDOARJO/ JAWA
TIMUR// (Baik, jabatan mendahukui pemangku jabatan)
Contoh 2:
INDONESIA HARUS BEBAS DARI KORUPSI, KATA PRESIDEN SUSILO
BAMBANG YUDHOYONO// (Bukan bahaSa jurnalistik televisi karena subyek dan
predikat terpisah letaknya)
PRESIDEN SUSILO BAMBANG YUDHOYONO BERTEKAD INDONESIA BEBAS DARI
KORUPSI// (Bahasa jurnalistik televisi)
Contoh 3:
MEMPROTES PENANGKAPAN REKANNYA OLEH POLISI/ SERIBUAN MAHASISWA
BERUNJUK RASA DI POLDA METRO JAYA/// (Bukan bahasa jurnalistik televisi, karena
anak kalimat mendahului induk kalimat)
SERIBUAN MAHASISWA BERUNJUK RASA DI POLDA METRO JAYA MEMPROTES
PENANGKAPAN REKAN MEREKA OLEH POLISI/// (Bahasa jurnalistik televisi)
- Menggunakan kalimat
aktif, jangan menyembunyikan kata kerja yang kuat di balik kata benda
Kalimat aktif lebih memiliki kekuatan dibanding kalimat pasif.
Kalimat aktif juga lebih dimengerti dibanding kalimat pasif. Karena televisi
merupakan media yang mengandalkan kecepatan dan bersifat sekilas, penggunaan
kalimat aktif membuat penontin lebih mudah memahami berita tekevisi.
Contoh 1:
PRESIDEN TIDAK PEDULI DENGAN TUNTUTAN MAHASISWA/// (Kalimat
negatif)
PRESIDEN MENGAMBAIKAN TUNTUTAN MAHASISWA (Bahasa jurnalistik
televisi, karena menggunakan kalimat aktif)
Contoh 2:
LEDAKAN BOM TERJADI DI DEPAN KEDUTAAN BESAR AUSTRALIA DI
JAKARTA/// (Kalimat pasif, menyembunyikan kata kerja yang kuat di balik kata
benda)
BOM MELEDAK DI DEPAN KEDUTAAN BESAR AUSTRALIA DI JAKARTA///
(Kalimat aktif, menampilkan kata kerja yang kuat: kata ’’meledak’’)
- Jangan terlampau banyak
menggunakan angka-angka
Televisi, seperti telah berungkali kali dikatakan di sini,
bersifat sekilas. Jika kita terlampau banyak menggunakan angka-angka, apalagi
angka yang terlampau detil, pemirsa sulit mengingat, apalagi memahaminya.
Karena itu, berhati-hatilah dalam menggunakan angka-angka. Jangan menggunakan
angka-angka yang terlalu detil. Penggunaan angka yang terlalu banyak dan detil
juga membuat kalimat kita menjadi panjang. Padahal, seperti telah disebut di
atas, kita sebaiknya menggunakan kalimat-kalimat pendek dalam berita televisi
yang kita tulis.
Contoh:
SEBANYAK SERIBU SERATUS 5 PULUH LIMA MAHASISWA BERUNJUK RASA DI
GEDUNG D-P-R/// (Buruk, angka-angka terlalu detil)
LEBIH DARI 100 MAHASISWA BERUNJUK RASA DI GEDUNG D-P-R/// (Baik,
angka tidak detil atau dibulatkan)